Hai, pria yang terikat darah, bernama ayah. Bolehkah aku meminta pada waktu untuk mundur sebentar? Aku ingin mengulang masa kecil sebentar saja. Kenapa? Sederhana. Aku rindu, Ayah. Pada pundak kokoh yang siap kapan saja menyunggiku. Pada momen main Sega. Pada kebersamaan kecil, nguras bak kamar mandi sama-sama, misalnya. Pada tawamu, Ayah. Pada kita, yang sekarang jarang jumpa.
Hai, pria pekerja keras, bernama ayah. Jaga kesehatan! Sebentar saja sempatkan istirahat dari berkas-berkas kasusmu. Pun, jangan lupa jaga berat badan, Ayah. Perhatikan menu makan. Ingat, loh! Jarum timbanganmu semakin ke kanan. Jangan buat aku -kami, keluargamu- khawatir dengan komplikasi dari timbunan lemakmu, Yah. Doaku untuk bahagiamu, kesehatan dan panjang umur. Hingga nanti cucumu pun bisa merasakan bagaimana menyenangkannya duduk di pundakmu. Seperti aku dulu.
0 komentar:
Posting Komentar