Jarum pendek jam menunjuk angka empat. Membentuk sudut 90 derajat. Sebentar lagi subuh, pikirku. Berarti genap 8 jam aku terbaring di sini. Di ruangan berukuran 5x6 meter beraroma khas, campuran antara bau karbol pembersih lantai dan bau bacin air ketuban. Dindingnya separo keramik, semuanya putih. Aku menggeliat. Pegal sekali rasanya. Semalam suntuk terjaga dengan iringan erangan tertahan. Asalnya dari dua wanita di kanan-kiriku. Pun aku. Kompak sekali kami saling mengaduh menahan sakit akibat kontraksi yang makin jadi. Kembali ku posisikan badan menghadap kiri. Kata dokter, agar makin cepat keluar si jabang bayi.
Ku elus perut buncitku. Sejak 9 bulan lalu, definisiku tentang metamorfosa sempurna bergeser sudah. Bukan tentang kupu-kupu. Bukan tentang angsa yang berubah jadi putri raja. Ini metamorfosaku, menjadi seorang ibu.
0 komentar:
Posting Komentar