Lari, salah satu olahraga yang lagi happening banget di kalangan anak muda kekinian. Tapi walaupun lagi ngehits, rasanya males aja ikutan acara lari yang bertebaran tiap weekend. Udahnya capek, pake bayar pula. Hih! Tapiiiii... Semua berubah ketika iming-iming 'glow' di depan kata 'run' menyerang. Atas nama pengen menjajal seperti apa rasanya lari malam, nekat aku mendaftar di sebuah ajang lari bersponsor salah satu brand motor. Ya, nekat. Gak ada kata lain yang lebih pas dari itu untuk seorang amatir sepertiku. Untuk pertama kalinya sejak lulus SMA, aku akan berlari sejauh 5 kilometer. Jaraknya cukup jauh bagi orang yang sebulan sekali olahraga saja belum tentu.
Malam minggu, melebur dengan ribuan orang di Alun-Alun Utara, aku sudah siap dengan bib number menempel di dada. Satu kilometer pertama, napas masih aman. Kilometer selanjutnya, mulai ngos-ngosan. Tenaga tinggal sisa-sisa. Tapi akhirnya tenang saat di tiga perempat perjalanan, ada refresh point menanti. Lumayan, bisa minum sebentar. Sayang, banyak pelari terburu-buru. Meninggalkan sampah gelas plastik bertebaran. Padahal sudah disediakan wadah di situ. Ah, kawan, jarak tempuh malam ini mungkin tak seberapa. Tapi, jika dalam lima kilometer aja atitude gak bisa dijaga, gimana dengan ribuan langkah selanjutnya di keseharian kita? Lima kilometer ini seharusnya bukan hanya sekedar mengejar medali. Tapi juga olah hati untuk menjaga kebersihan bumi. Sebagai bekal, jika kelak kaki berkesempatan melakukan lebih banyak perjalanan, kebiasaan buruk buang sampah sembarangan bisa diredam.
0 komentar:
Posting Komentar