* Sumber : Dari sini * |
Pengarang : John Green
Penerjemah : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit : Qanita, PT. Mizan Pustaka
Tahun Terbit : Edisi kesatu
Cetakan I, Desember 2012
Cetakan II, Februari 2014
Edisi kedua (Movie Tie-in)
Cetakan I, April 2014
Jumlah Halaman : 424 halaman
Harga : Rp 49.000,-
"Okay?"
"Okay."Sederhana. Tapi betapa kutipan sederhana ini terbukti bisa membuat ratusan pasang mata berkaca-kaca. Iya, kita lagi bicara buah karya John Green, The Fault in Our Stars atau Salahkan Bintang-Bintang dalam bahasa ibu saya.
Jujur aja, ini buku John Green yang pertama kali saya baca. Sebelum Alexander Thian ngetweet tentang TFiOS, saya bahkan gak tau John Green ini siapa atau novel ini cerita tentang apa. Maka, berbekal rasa penasaran saya akhirnya memindai rak-rak di Gramedia dan menemukan...
*Edisi Movie Tie-in* |
Alkisah, seorang gadis 16 tahun bernama Hazel Grace Lancaster mengidap kanker tiroid stadium 4 yang sudah bermetasis hingga ke paru-paru, menyebabkannya harus selalu terhubung dengan tabung oksigen. Dengan kondisi seperti itu, Hazel merasa hidupnya sekarat. Hidup, tapi tidak cukup untuk merasa hidup. Iya, dia putus asa. Ibunya, memandang bahwa sikap Hazel ini adalah efek samping kanker yang berujung depresi. Sehingga memaksa menyuruh Hazel untuk bergabung dalam pertemuan Kelompok Pendukung agar ia bisa lebih bersosialisasi.
Tak disangka, ternyata dari situlah ia bisa kenal Augustus Waters, seorang mantan penderita kanker osteosarcoma yang walaupun cuma punya sebelah kaki, tapi semangat tetap dijunjung tinggi. Keduanya semakin dekat setelah saling bertukar buku bacaan favorit. Yah, dan atas usaha Gus inilah akhirnya mereka berdua berkesempatan untuk memburu jawaban akhir kisah Kemalangan Luar Biasa karya Peter van Houten yang merupakan buku kebanggaan Hazel. Gak tanggung-tanggung, mereka terbang ke Amsterdam untuk itu!
Namun, apa yang terjadi setelah mereka tiba di Amsterdam? Kembali pulang dengan hati riang? Baca sendiri! :))
Saya belum pernah menjamah karya John Green sebelumnya, tapi dari TFiOS saya tau dia pendongeng yang baik, pencerita yang apik. John Green mampu menjelma menjadi sosok Hazel Grace Lancaster. Meskipun kita semua tau, tidak mudah untuk seorang penulis bertransformasi menjadi karakter yang berbeda gender darinya. Terlebih, John Green ini sangat 'memanusiakan' tokoh-tokoh bikinannya. Menyeimbangkan sifat-sifat dasar manusia. Positif dan negatif dengan komposisi yang pas. Augustus Waters misalkan, yang konon ceria, penuh semangat, cerdas dengan segala pemikirannya, apakah akan tetap optimis hingga akhir cerita? *bungkam* *takut spoiler* Atau Hazel Grace yang cuek dan cenderung anti sosial tapi ternyata diam-diam tidak ingin menyakiti orang di sekitarnya, seperti yang dia katakan..
"Aku granat dan suatu ketika aku akan meledak, sehingga aku ingin meminimalkan jumlah korban, oke?"Ketidaksempurnaan para tokohnya itu yang membuat jalinan di antara mereka malah terlihat istimewa. Gak heran kalo TFiOS berhasil menyabet penghargaan Best Young Adult Fiction Goodreads Choice Awards 2012 dan jadi #1 New York Times Bestseller.
Kalo setelah saya panjang lebar menjelaskan dan di pikiran kalian masih 'Ah, cerita ginian paling isinya drama, sedih-sedihan doang.', kalian salah! Oke, gak sepenuhnya salah karena memang
"Aku didiagnosis kanker tiroid stadium IV ketika berusia 13 tahun." (Tidak kukatakan kalau diagnosis itu muncul tiga bulan setelah menstruasi pertamaku. Seakan: Selamat! Kau seorang perempuan. Sekarang matilah.
"Hanya ada satu hal di dunia ini yang lebih menyebalkan dari mati gara-gara kanker di usia enam belas, yaitu punya anak yang mati gara-gara kanker."
"Terkadang orang tidak memahami janji yang mereka ucapkan ketika mereka sedang mengucapkannya."
"Tanpa penderitaan, bagaimana kita mengenal kebahagiaan?"
"Menyebut kematian di depan orang sekarat adalah kejahatan."
"Kepedihan menuntut untuk dirasakan."Nah, kalo yang ini kutipan favorit. Tebak siapa yang ngomong. :))
"Oh, aku tidak keberatan Hazel Grace. Akan merupakan keistimewaan jika kau mematahkan hatiku."
"Aku jatuh cinta kepadamu, dan aku tidak mengingkari diriku sendiri dari kenikmatan sederhana berkata jujur. Aku jatuh cinta kepadamu, dan aku tahu bahwa cinta hanyalah teriakan ke dalam kekosongan dan pelupaan abadi tak terhindarkan, dan akan ada hari ketika semuanya kembali menjadi debu, dan aku tahu matahari akan menelan satu-satunya bumi yang kita miliki, dan aku jatuh cinta padamu."
"Aku akan memeranginya. Aku akan memeranginya untukmu. Jangan mengkhawatirkanku, Hazel Grace. Aku baik-baik saja. Aku akan mencari cara untuk bertahan dan menjengkelkanmu untuk waktu yang lama."
"Kau tidak bisa memilih apakah kau akan terluka di dunia ini, Sobat Lama, tapi kau bisa ikut menentukan siapa yang melukaimu. Aku menyukai pilihan-pilihanku. Kuharap Hazel menyukai pilihan-pilihannya."
"Kau selalu memberiku ‘selamanya’ di dalam hari-hari yang terbatas, dan aku berterima kasih."
"Kegembiraan yang kau bawa untuk kami jauh lebih besar daripada kesedihan yang kami rasakan karena penyakitmu."*ngelap ingus*
:'))
Yah, karena kesempurnaan hanya milikNya, tentu aja TFiOS juga punya kekurangannya. Apalagi kalo bukan penyakit novel terjemahan. Iya, kata-katanya jadi kurang greget. Dan karena John Green ini ngomongnya suka 'witty', agak aneh kalo nerjemahinnya lempeng-lempeng aja. Rasanya 'sakitnya tuh kurang ke sini' *sambil nunjuk hati*
Rating : 4/5
Jadi, kalo kalian lagi cari bacaan yang gak biasa, TFiOS bisa dimasukin ke daftar baca. Ini bukan sekedar cinta-cintaan remaja, tapi juga cinta ke sesama teman, cinta anak-orangtua pun sebaliknya.
Selamat membaca!
Okay?
Okay.
0 komentar:
Posting Komentar